Kisah Lahirnya SIP Publishing (6 Tahun SIP Publishing)

SEDIKIT CERITA TENTANG LAHIRNYA SIP PUBLISHING

( Hati-hati. Postingan ini mengandung GIVEAWAY)

SIP Publishing lahir pada tanggal 11 November 2014 . Ditandai dengan keluarnya akta pendirian perusahaan di tanggal tersebut.

MUFID MAJNUN. Beliau orang pertama yang menyebabkan SIP Publishing lahir. Tanpa beliau mungkin SIP Publishing bisa jadi tidak ada. Diawali dari pertemuan tak terduga akibat acara “Piknik Dadakan” saya bisa kenal dengan mas Mufid. Waktu itu sekitar tahun 2011.

Kemudian suatu sore di awal tahun 2014 beliau datang ke rumah saya. Kurang lebih 3 bulan setelah diterbitkannya novel saya yang berjudul “Cinta Naik Tangga”. Rupanya kedatangan mas Mufid kali ini adalah ingin mengetahui proses penerbitan buku

Mufid bercerita kalau dia punya paman yang sudah menyelesaikan beberapa naskah. Namanya Nasirin L. Sukarta alias Kartawea . Waktu itu ada sekitar 7 naskah yang sudah siap terbit, tetapi Mufid ataupun pamannya belum tahu bagaimana caranya menerbitkan buku.

Saya begitu tertarik waktu Mufid menceritakan tentang naskah yang ditulis oleh Lik Nasirin ( saya ikut-ikutan menganggap sebagai paman). Tentang cerita berdirinya Banyumas, tentang filosofi dan jati diri orang Banyumas, juga cerita anak dengan setting awal berdirinya Banyumas. Saya bertambah kagum lagi setelah tau proses penulisannya menggunakan HP jadul.

Tadinya saya mau memberikan informasi tentang cara mengirimkan naskah ke penerbit. Tetapi urung saya sampaikan. Entah kekuatan apa yang menahan. Tak tahu energi apa yang mendorong hingga tiba-tiba saya mengatakan akan membuat penerbitan sendiri.

Menerbitkan naskah-naskah yang masterpiece (menurut saya) ini seperti sebuah panggilan. Menjaga dan melestarikan warisan leluhur Banyumas

Dengan membobol tabungan, akhirnya saya beranikan diri untuk mendirikan sebuah CV yang bernama Satria Indra Prasta Publishing alias SIP Publishing.

Sebelumnya sempat bingung juga untuk memilih nama yang tepat. Awalnya Lik Nasirin mengusulkan nama Tri Pujangga karena berdiri atas ide dari tiga orang. Akan tetapi nama ini gagal dipilih karena beberapa pertimbangan.

Belakangan saya baru menyadari kalau Lik Nasirin ini bisa membaca situasi beberapa tahun ke depan. Karena nama itu berdampak 5 tahun berikutnya, di mana SIP dipimpin oleh CEO yang bernama Tri, yang merupakan istri saya sendiri. Padahal waktu nama Tri Pujangga diusulkan, saya belum mengenal istri saya.

Saya mengusulkan nama Satria Indra Prasta (SIP) karena punya misi pribadi agar nama “Indra” dan gelar saya S.IP ( Sarjana Ilmu Politik) bisa muncul.

Argumen yang saya kemukakan kepada Lik Nasirin dan Mufid adalah karena nama tersebut mengandung slogan Banyumas yaitu SATRIA. Sedangkan INDRA PRASTA merupakan kerajaan yang dibangun dengan cara membabat hutan.

Ternyata nama ini disetujui. Menurit Lik Nasirin, ada resonansi dengan cerita Adipati Mrapat yang mendirikan Banyumas dengan cara membabat hutan.

Saya tidak menyangka kalau nama yang berawal dari misi pribadi saya ternyata menjadi nama yang punya filosofi dan harapan yang besar. Juga energi yang baik

Singkat cerita, dipilihlah naskah yang berjudul “Kumandhang Tembang Mrapat” yang akan diterbitkan pertama kali. Dikarenakan masih sedikitnya pengalaman dan koneksi maka buku Kumandang Tembang Mrapat terbit dalam kondisi penuh keterbatasan. Bisa dikatakan seperti kelahiran prematur. Namun itu juga sudah diatur yang kuasa. Ada hikmah yang baru saya ketahui beberapa tahun kemudian.

Kalau saja penerbitannya lebih matang, mungkin akan terlambat untuk menemukan naskah yang ke depan akan merubah Hari Jadi Banyumas.

Setelah buku Kumandang Tembang Mrapat terbit saya mengantar buku tersebut ke salah satu sahabat Lik Nasirin yang bernama Prof. Sugeng Priyadi, M.Hum.

Baru pertama kali ketemu , saya langsung dikasih kepercayaan untuk menerbitkan naskahnya Prof. Sugeng yang berjudul “Hari Jadi Banyumas 22 Februari”. Saya yakin juga ini bukan sesuatu yang kebetulan, seperti ada energi yang menggerakkan karena sebelumnya pernah ada penerbit dari kota lain yang menawarkan untuk menerbitkan. Naskah ini begitu diminati beberapa penerbit. Kalau saja saya terlambat bertemu dengan Prof.Sugeng mungkin ceritanya akan lain.

Tahun 2016. Setahun setelah SIP Publishing menerbitkan buku keduanya, Pemda Banyumas mengesahkan perubahan hari jadi Banyumas dari 6 April menjadi 22 Februari. Alhasil buku karya Prof. Sugeng pun laris manis, mungkin karena banyak masyarakat yang penasaran mengapa hari jadi Banyumas bisa berganti.

Nama SIP Publishing semakin dikenal luas salah satunya karena sahabat saya Hanan Wiyoko yang saat itu menjadi Redaktur di salah satu surat kabar yang sering meliput kegiatan bedah buku kami. Bahkan profil Nasirin pernah ditulis satu halaman full.

Sementara ini dulu yang bisa saya sampaikan.

BERSAMBUNG

Terimakasih untuk teman-teman yang ikut menjadi bagian perjalanan SIP Publishing di awal berdiri.

@arihidayat.1 , @esrdy_ , @ginantiwulandary , Mas Kucing @delapanhuruf @inipurwokerto teguhwaluyo, Mba Cici @pringmasbatik , @ubybanyumasraya , @ijhonk_stromp , @jayus_supriyono . Dan juga orang tua saya dan keluarga.

Sukses selalu

Loh,
Giveawaynya mana?

Ada beberapa hadiah dengan jumlah serba 6.

Ada 6 kaos keren, 6 paket buku, dan 6 pulsa 25k yang akan kami bagikan.

Caranya mudah.
Silahkan komen di bawah ini tentang kesan, pesan, ataupun pengalamannya bersama SIP Publishing. Jangan lupa mention 3 teman kamu.

Nanti akan dipilih 18 komen terbaik yang akan mendapatkan hadiah

Giveaway ditutup pada tanggal 15 November 2020 jam 24.00 dan diumumkan pada tanggal 17 Oktober 2020 pukul 20.20

Salam LiteraSIP

selamat ulang tahun sip publishing yang ke 6

Leave a Reply